Awalnya Aku Merasa Tertantang Sekaligus Khawatir
Testimoni Oleh Huriyah Hafizhotul ‘Ummah
Angkatan: 2015
Pekerjaan: Dokter Umum
Testimoni Oleh Huriyah Hafizhotul ‘Ummah
Angkatan: 2015
Pekerjaan: Dokter Umum
Waktu pertama kali dijelaskan tentang RBL, awalnya aku merasa tertantang sekaligus khawatir. Karena saat itu RBL merupakan hal yang baru buat aku pribadi dan berbeda dengan tugas anak SMA pada umumnya.
Tugas sekolah yang mengharuskan kami melakukan riset termasuk merancang penelitian, menuliskan hasil penelitian dalam bentuk karya tulis ilmiah, juga membuat alat peraga dan melakukan demonstrasi. Prosesnya ternyata ga semudah itu karena harus melalui brainstorming ide untuk mencari permasalahan, mengajukan ide tersebut, hingga realisasi ide penelitian yang sudah disetujui.Tapi disitulah point plus dari RBL, mengerjakan RBL merupakan proses yang inklusif karena melatih critical thinking, kecermatan, kreativitas, inovasi, meningkatkan daya analisis, dan problem solving. Hal tersebut tidak banyak didapatkan oleh siswa SMA karena pada umumnya tugas-tugas sekolah masih berfokus pada aspek teoritis saja, sementara RBL menggabungkan aspek teoritis dan praktis.
Selain itu, manfaat dari RBL buat aku pribadi dapat dirasakan hingga kuliah. Dapat dikatakan RBL merupakan skripsi versi lebih sederhana.Pengalaman riset dan membuat karya tulis ilmiah lewat RBL sangat membantu aku dalam proses membuat skripsi dan tugas-tugas ilmiah lainnya saat kuliah terutama bidang yang aku tekuni, di mana segala sesuatunya harus memiliki evidence based.
Simak kumpulan karya tulis Research Based Learning dari siswa siwsi SMAN 3 Bandung di >> REPOSITORI