2020-46
Research Based Learning | RBL
SMAN 3 Bandung
Jl. Belitung No 8
Kota Bandung – Jawa Barat
Kontak Kami
rbl@sman3bandung.com
dianasusyari322@gmail.com
PARTNERS
Situs ini adalah kolaborasi antara
RBL3 X KIT3 X Sagala Digital
2020-46
Penelitian ini dilakukan berdasarkan keingintahuan peneliti untuk membuktikan apakah terdapat pengaruh oksigen terhadap intensitas cahaya yang dihasilkan oleh kunang-kunang. Peneliti akan menggunakan metode penelitian kuantitatif berupa penelitian eksperimental. Metode penelitian kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya.
Hasil dari penelitian ini adalah perbandingan pengaruh oksigen terhadap intensitas cahaya yang dihasilkan oleh kunang-kunang. Akan ada habitat kunang- kunang yang ditambah kadar oksigennya, dikurangi kadar oksigennya, dan tidak diubah sama sekali kadar oksigennya. Setelah itu, dilihat hasil intensitas cahaya yang dikeluarkannya akan seperti apa dan dibandingkan. Peneliti mengharapkan dengan diadakannya penelitian ini, maka akan ada yang bisa meneruskan penelitian ini dan dapat memanfaatkan cahaya kunang-kunang dengan sebaik- baiknya. Karena ternyata, cahaya kunang-kunang mampu bersinar 20 kali lebih terang daripada lampu.
Kata kunci : cahaya, intensitas cahaya, kunang-kunang, oksigen
XI MIPA 9, tahun 2020
Dari percobaan ini, dapat disimpulkan bahwa kunang-kunang dapat menghasilkan cahaya karena terdapat enzim dalam tubuhnya yang bereaksi dengan oksigen. Oleh karena itu, kadar oksigen sangat berpengaruh pada seluruh kehidupannya termasuk intensitas cahaya yang dihasilkan dan frekuensi kedipan cahaya yang dilakukan oleh kunang-kunang.
Semakin tinggi kadar oksigen, semakin tinggi pula intensitas cahayanya. Hal ini dapat terjadi karena semakin tinggi kadar oksigen, semakin banyak oksigen yang bereaksi dengan enzim penghasil cahaya di perut kunang-kunang. Sedangkan untuk frekuensi kedipan yang dihasilkan, semakin tinggi kadar oksigen, semakin rendah frekuensi kedipan cahaya yang dilakukan dibandingkan dengan saat kadar oksigen rendah. Selain itu, peneliti menyimpulkan bahwa setiap kunang-kunang menghasilkan intensitas cahaya berbeda-beda yang disebabkan oleh berbagai aspek.
Pada penelitian ini, peneliti menyarankan peneliti selanjutnya agar jika ingin meneliti kunang-kunang lebih baik menggunakan satu tempat saja sebagai habitatnya. Karena berdasarkan hasil uji coba yang telah dilakukan, jika kunang- kunang berpindah-pindah habitat, maka hal tersebut dapat membuat ia menghasilkan cahaya yang sangat redup atau bahkan tidak menghasilkan cahaya. Karena kunang-kunang membutuhkan penyesuaian diri dengan lingkungan habitatnya untuk dapat melakukan aktivitas.
Selain itu, disarankan untuk peneliti selanjutnya agar tidak menggunakan aplikasi lux meter yang dapat diunduh pada gawai karena kurang efektif untuk mengukur intensitas cahaya kunang-kunang. Lebih baik merakit alat sederhana yang dapat dijadikan sebagai substitusi lux meter, seperti rangkaian arduino karena hasilnya akan lebih akurat dan tingkat sensitivitasnya pun lebih tinggi.