Tim Research Based Learning (RBL) SMA Negeri 3 Kota Bandung

Pembina Tim Olimpiade dan Riset (TRILOGI) SMA Negeri 3 Bandung, Diana Susyari Mardijanti, S.Pd., M.

PEKAN ILMIAH, SARANA UNTUK MEMPUBLIKASIKAN RISET SISWA

Seperti dimuat di gorajuara.com
Rabu, 15 Mei 2019 | Wartawan: Rusyandi

BANDUNG, “SJN”.com – Penyelenggaraan kegiatan Pekan Ilmiah (PI)  SMA Negeri 3 Kota Bandung adalah sarana untuk mempublikasikan hasil riset para siswa. Pekan Ilmiah ke-VIII ini merupakan pengejawantahan dari model pembelajaran yang disebut Research Based – Learning (RBL) yang sudah 8 tahun dilakukan di sekolah ini.

Menurut Pembina Tim Olimpiade dan Riset (TRILOGI) SMA Negeri 3, Diana Susyari Mardijanti, S.Pd., M.PFis., PI tahun ini mengusung tema “Membangun Tradisi Ilmiah Melalui Research Based – Learning (RBL) Terintegrasi STEM (Science, Technology, Engineering and  Mathematics) Untuk Mempersiapkan Generasi 4.0”.

“Saat  ini di semua sekolah mulai  dari SD sampai dengan SMA sedang digaungkan model belajar dengan penguatan  STEM ini, kata Diana, SMA Negeri 3 sudah melaksanakan STEM ini sejak 8 tahun lalu melalui model pembelajaran RBL ini dan sudah ada sekitar 300 topik RBL yang dihasilkan. Model pembelajaran RBL ini dilakukan setiap semester genap selama 4 bulan mulai dari Januari sampai dengan April,melalui tahapan yang yang sudah dijadwalkan . Jadi, kata Diana, anak-anak harus melalui proses RBL  mulai dari menemukan isu atau masalah, latar belakang masalah, menentukan kajian teori yang mendukung pemecahan  masalah tersebut, kemudian mencari data dan mengolah data, membuat laporan, serta melakukan presentasi.

Selama proses RBL, tak terlepas dari bimbingan dan monitor guru pembimbing sehingga di akhir proses RBL yaitu bulan April, semua kelompok RBL dapat melaporkan hasil risetnya dengan menyusun laporan karya tulis ilmiah,presentasi dihadapan para penguji RBL dan publikasi karya tulis ilmiah dalam kegiatan Pekan Ilmiah.  Model pembelajaran RBL ini  memang dominannya  untuk kelas XI,” ujar Diana.

Kenapa demikian, kata Diana, karena untuk siswa kelas X masih terlalu dini, dan materi pelajaran yang dieprolehnya masih relative sedikit, tetapi kalau di kelas XI sudah mulai komplek materinya, sehingga sudah dapat  dipakai menjadi materi dasar untuk melakukan penelitian. “Sedangkan untuk siswa kelas XII sudah  tidak mungkin, karena mereka sudah lebih fokus untuk menyiapkan proses penilaian akhir dijenjang tertinggi di SMA,” ucapnya.

Dijelaskannya, hasil RBL siswa tahun ini ada 75 topik beragam yang dipublikasikan di Pekan Ilmiah, yakni topik sains  dan sosial. “Dalam melaksanakan riset setiap kelas dibagi menjadi beberapa kelompok RBL, dan setiap kelas itu ada 4-5 siswa. Desain kelompok RBL seperti itu sudah cukup ideal bagi siswa SMA untuk memulai penelitian dini karena pastiya mayoritas siswa SMA belum pernah melakukan penelitian , juga kegiatan  riset bukan kegiatan yang sederhana,” tuturnya.

Lalu apa bedanya pelaksanaan Pekan Ilmiah dengan tahun kemarin? “Perbedaannya tahun ini anak-anak lebih banyak menggunakan IT. Dalam 2 tahun belakangan ini anak-anak banyak yang menggunakan aplikasi Arduino untuk semua kalangan, termasuk anak-anak SMA Negeri 3. “Walaupun di sekolah tidak ada pelajaran TIK, tetapi anak-anak memiliki kemampuan IT yang sangat baik. Nah, di SMA Negeri 3 ada beberapa topik sains  yang menggunakan aplikasi Arduino untuk menyelesaikan data-data,” aku Diana.

Menurut Diana, kami (tim RBL) yang terdiri dari guru sains, matematika, sosiologi dan Bahasa Indonesia,  untuk proses RBL ini kolaborasi, minimal 2 mata pelajaran, dan bahasa Indonesia selalu harus ada, selain memenuhi Kompetensi Dasar yang terdapat dalam silabus pelajaran Bahasa Indonesia tentang penulisan karya tulis ilmiah, juga menanamkan sikap ilmiah yang kuat pada siswa SMAN 3 Bandung tentang pentingnya suatu pola pikir yang sistematis terutama dalam menuangkan hasil penelitian yang telah mereka lakukan selama proses RBL.

“Ketika RBL dilaksanakan, maka hasil RBL harus dilaporkan dalam bentuk laporan karya tulis ilmiah  yang sistematik, sesuai dengan aturan yang berlaku. Jadi laporan itu betul-betul  sesuai dengan sistematik kebahasaannya, sehingga tidak keluar dari jalur, dan yang terpenting melalui RBL ini siswa dilatih untuk meningkatkan kemampuan analisisnya pada berbagai solusi dari permasalahan yang mereka dapatkan selama proses riset” ucapnya.

Sebagai pembina TRILOGI SMA Negeri 3, Diana berharap, pembelajaran berbasis riset ini dapat terus ditingkatkan , target dapat juga merangkul riset pada mapel lain, karena riset itu bukan hanya untuk sains atau ilmu sosial tapi juga untuk semua disiplin ilmu.

Jika membandingkan dengan kegiatan riset di sekolah di  negara lain, kegiatan riset di sekolah di Indonesia masih dianggap langka dan sulit untuk dilakukan. Yang saya amati dan pelajari saat studi banding ke negara lain, kegiatan riset itu menjadi bagian utama dari silabus mata pelajaran siswa dengan proses belajar yang menarik sehingga riset menjadi hal yang sangat menyenangkan bagi para siswa. Sedangkan di Indonesia, informasi tentang STEM, STEAM yang begitu gencar ke banyak sekolah namun hanya sebatas teori dan model pembelajaran , namun tidak disertai dengan produk yang memang merupakan implementasi dari model pembelajaran tsb.

Ditambahkan Diana, meski SMA Negeri 3 disebut sekolah favorit, kebanyakan siswanya memiliki kemampuan kognitif yang tinggi , tetapi RBL ini masih dianggap sebagai proses yang berat karena bertumpuknya beban mata pelajaran yang dusuguhkan kurikulum yang digunakan untuk tingkat SMA .

Harapan saya mudah-mudahan ada pembaharuan sistem pendidikan, yang bisa konsisten terhadap tujuan untuk menyiapkan generasi 4.0 melalui implementasi pembelajaran terintegrasi STEM bahkan STEAM  dengan produk-produk riset di sekolah yang dengan sangat jelas menggali kemampuan kognitif, praktik dan mengasah kemampuan analisis siswa dan juga guru pembimbing.  Sehingga dengan lebih mengedepankan riset,  menjadikan riset bukan lagi menjadi beban tetapi menjadi suatu kebutuhan untuk menjadi lebih maju dan siap menghadapi tantangan kehidupan yang makin berkembang” ujarnya.

Editor: Rusyandi