Tisu Organik Tanpa Bahan Kimia ala SMAN 3 Bandung

Seperti dimuat di disdik.jabarprov.go.id
Oleh Riska Y. Imilda,  26 April 2019, 10:42 WIB

BANDUNG, DISDIK JABAR –  Ide kreatif siswa Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 3 Bandung membuat tisu organik berawal dari keinginan mereka mengurangi sampah produk berbahan kimia. Hingga akhirnya ide  tersebut mereka tuangkan dalam Pekan Ilmiah VIII 2019 yang diselenggarakan sekolah setiap tahun.

Ratna Nur Alifya Taufik bersama tiga siswa lainnya, Nur’adilah Firdaus, Hasya Arwa Ainayya, dan Shofi Afghania Usamah mencoba membuat tisu dari daun pisang dan beringin karena dedaunan tersebut mudah ditemukan di lingkungan sekolah dan rumah.

“Awalnya ingin memanfaatkan sampah-sampah yang tak digunakan di lingkungan sekitar. Selain itu, kami juga ingin membuat produk ramah lingkungan yang tidak  memakai bahan kimia. Dan tisu organik ini sama sekali tak tercampur bahan kimia,” ujar Ratna, saat diwawancara di SMAN 3 Bandung, Jln. Kalimantan No. 8, Kota Bandung, Kamis (25/4/19).

Dijelaskan Ratna, proses pembuatan tisu organik ini terbilang sederhana. Tahap pertama adalah mengumpulkan daun pisang dan beringin. Kemudian dicuci bersih menggunakan air hujan sebagai pengganti aqudes. Lalu, dikeringkan di bawah sinar matahari selama satu hari. Setelah itu, semua daun direbus menggunakan air dan minyak kelapa.

“Minyak kelapa ini berfungsi memisahkan littin dari selulousa karena yang kita butuhkan hanya selulousa daun. Bila sudah dipisahkan, kita hancurkan menggunakan blender bersama biji kelor sebagai pengganti klorin yang berfungsi memutihkan dan bengkoang agar kertas tisu yang dihasilkan lembut,” lanjutnya.

Ratna menuturkan, penelitian ini menghasilkan tisu yang berasal daun pisang lebih tipis, lembut, lentur serta kuat, tetapi kurang menyerap air. Sedangkan memakai daun beringin lebih kasar, kaku, tebal, tapi mampu menyerap air lebih banyak.

Namun, sampai saat ini mereka masih menemui kendala mencari bahan penelitian tersebut. “Kami masih kesulitan mencari bahan penelitian, seperti biji kelor dan zat anti-air alami yang sampai hari ini masih belum bisa kami temui. Makanya kita tidak pake zat anti-air,” tutupnya.***